Al Qur'an

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Al Hadits

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Khutbah & Ceramah

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kisah Inspiratif

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Seputar Islam

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Jun 1, 2013

Tentang Surat Al Baqarah Ayat 121, 122, 123

Sore sob, sore ini saya akan melanjutkan postingan saya mengenai Tafsir Surat Dan Ayat Dalam Al Qur'an. Yang akan saya bahas kali ini adalah Surat Al Baqarah Ayat 121, 122, 123. Di dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan mengenai Seruan Allah Kepada Bani Israil Yang Benar- Benar Beriman.

Bacaan Surat Al Baqarah Ayat 121, 122, 123
Artinya:
121. orang-orang yang telah Kami berikan Al kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya[84], mereka itu beriman kepadanya. dan Barangsiapa yang ingkar kepadanya, Maka mereka Itulah orang-orang yang rugi.
122. Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Ku-anugerahkan kepadamu dan aku telah melabihkan kamu atas segala umat[85].
123. dan takutlah kamu kepada suatu hari di waktu seseorang tidak dapat menggantikan[86] seseorang lain sedikitpun dan tidak akan diterima suatu tebusan daripadanya dan tidak akan memberi manfaat sesuatu syafa'at kepadanya dan tidak (pula) mereka akan ditolong. 
[84] Maksudnya: tidak merobah dan mentakwilkan Al kitab sekehendak hatinya.
[85] Maksudnya: umat yang semasa dengan Bani Israil.
[86] Maksudnya: dosa dan pahala seseorang tidak dapat dipindahkan kepada orang lain.

Munasabah
Di dalam Surat Al Baqarah Ayat 121, 122, 123 ini, Allah SWT menjelaskan bahwa ada di antara ahli kitab yang membaca Kitab yang diturunkan oleh Allah SWT dengan sebenarnya, mengikuti dan mengamalkan apa yang tertulis di dalamnya, tidak mengubah, menambah, mengurangi, atau menakwilkan menurut kehendaknya. Mereka adalah orang- orang yang bersih hatinya, mereka pasti beriman kepada Nabi Muhammad SAW, berbahagia di dunia dan akhirat.

Sekiankian dulu ya postingan saya kali ini, kalau sobat ingin melihat penjelasan mengenai surat Al Bawarah ayat lainya, silahkan kunjungi Surat Al Baqarah, tetapi kalu sobat ingin melihat surat lainya, silahkan kinjungi Pilih Surat

Sekian sob, dan jangan lupa, klik link dibawah ini sebelum keluar. Wassalam

Tentang Surat Al Baqarah Ayat 118, 119, 120

Pagi sob. Di awal Juni ini saya akan melanjutkan postingan saya mengenai Tafsir Surat Dan Ayat Dalam Al Qur'an. Yang akan saya bahas kali ini adalah Surat Al Baqarah Ayat 118, 119, 120. Di dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan mengenai Keingkaran Orang Kafir Terhadap Kenabian Nabi Muhammad.

Bacaan Surat Al Baqarah Ayat 118, 119, 120
Artinya:
118. dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: "Mengapa Allah tidak (langsung) berbicara dengan Kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami?" demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti Ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin.
119. Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan diminta (pertanggungan jawab) tentang penghuni-penghuni neraka.
120. orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.

Sekiankian dulu ya postingan saya kali ini, kalau sobat ingin melihat penjelasan mengenai surat Al Bawarah ayat lainya, silahkan kunjungi Surat Al Baqarah, tetapi kalu sobat ingin melihat surat lainya, silahkan kinjungi Pilih Surat

Sekian sob, dan jangan lupa, klik link dibawah ini sebelum keluar. Wassalam

May 31, 2013

Berburu Do’a Mustajab di Hari Jum’at

Sebaik-baik hari bagi umat Islam adalah hari Jum’at. Hari sayyidul ayyaam (pemimpin hari) yang paling agung dan paling utama di sisi Allah Ta’ala. Banyak ibadah yang dikhususkan pada hari itu, misalnya membaca surat as Sajdah dan al Insan saat pagi setelah shalat Subuh, membaca surat al Kahfi, shalat Jum’at berikut amalan-amalan yang mengirinya, dan beberapa amal ibadah lainnya. Di dalamnya juga terdapat satu waktu yang mustajab untuk berdoa. Tidaklah seorang hamba yang beriman memunajatkan do’a kepada Rabbnya pada waktu itu, kecuali  Allah akan mengabulkannya selama tidak meminta yang haram. Karenanya seorang muslim selayaknya memperhatikan hari Jum’at.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah radliyallah ‘anhu, dia bercerita: “Abu Qasim (Rasululah) shallallahu ‘alaihi wasallambersabda:
إِنَّ فِي الْجُمُعَةِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا مُسْلِمٌ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ

“Sesungguhnya pada hari Jum’at itu terdapat satu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim berdiri berdoa memohon kebaikan kepada Allah bertepatan pada saat itu, melainkan Dia akan mengabulkannya.” Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya, yang kami pahami, untuk menunjukkan masanya yang tidak lama (sangat singkat).” (Muttafaq ‘Alaih)

Dalam memahami satu waktu yang mustajab (dikabulkannya doa) tersebut, para ulama berbeda pendapat, kapan waktu itu berlangsung? Ilmu tentang kepastiannya seperti ilmu tentang kepastian waktu Lailatul Qadar, telah diangkat ilmunya oleh Allah.

“Sesungguhnya pada hari Jum’at itu terdapat satu waktu yang tidaklah seorang hamba muslim berdiri berdoa memohon kebaikan kepada Allah bertepatan pada saat itu, melainkan Dia akan mengabulkannya.” al Hadits

Diriwayatkan, dari Sa’id bin Al Harits, dari Abu Salamah berkata, “aku menyampaikan kepada Abu Sa’id, ‘sesungguhnya Abu Hurairah menyampaikan kepada kami perilah satu waktu yang ada di hari Jum’at.’ Beliau berkata, ‘Aku pernah menanyakannya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu beliau menjawab, “Sungguh aku dulu diberitahu tentangnya kemudian aku dijadikan lupa sebagaimana dijadikan lupa terhadap Lailatul Qadar.” ( HR. Imam Ahmad dalam Musnadnya dan dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah).

Ibnul Hajar dalam Fath al Baari (II/416-421) menyebutkan ada 43 pendapat di antara para ulama mengenai suatu waktu yang terdapat pada hari Jum’at itu. Lalu beliau berkata, “tidak diragukan lagi bahwa pendapat yang paling rajih (kuat) adalah hadits Abu Musa dan hadits Abdullah bin Salam . . . , namun para ulama salaf masih berbeda pendapat manakah dari keduanya yang lebih rajih.” Selanjutnya Ibnul Hajar menjelaskan, mayoritas ulama, seperti Imam Ahmad dan lainnya, mentarjih bahwa waktu tersebut terdapat pada akhir waktu dari hari Jum’at. Di akhir ucapannya, Ibnul Hajar cenderung kepada pendapat Ibnul Qayim, yaitu pengabulan doa itu diharapkan juga  pada saat shalat. Sehingga kedua waktu tersebut merupakan waktu ijabah (pengabulan) doa, meskipun saat yang khusus itu ada di ujung hari setelah shalat shalat ‘Ashar.

Imam al Khaththabi rahimahullah, yang disebutkan dalamFath al Baari, juga menyimpulkan waktu istijabah tersebut ada dua: Pertama, pada waktu shalat. Kedua, satu waktu di sore hari ketika matahari mulai merendah untuk tenggelam.

Berikut ini uraian lebih rinci terhadap kedua pendapat tersebut:

Pendapat pertama : waktu istijabah itu sejak duduknya imam di atas mimbar sampai dengan berakhirnya shalat. Hujjah dari pendapat ini adalah hadits Abu Burdah bin Abi Musa al-’Asy’ari, dia bercerita: “Abdullah bin Umar pernah berkata kepadaku: ‘apakah engkau pernah mendengar ayahmu menyampaikan hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai satu waktu yang terdapat pada hari Jum’at?’ Aku (Abu Burdah) menjawab, “Ya, aku pernah mendengarnya berkata, aku pernah mendengar Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
هِيَ مَا بَيْنَ أَنْ يَجْلِسَ الْإِمَامُ إِلَى أَنْ تُقْضَى الصَّلَاةُ

“Saat itu berlangsung antara duduknya imam sampai selesainya shalat.” (HR. Muslim)

Namun, waktu istijabah ini tidak penuh sejak duduknya imam di mimbar sampai selesainya shalat. Dia datangnya kadang-kadang berdasarkan lafadz hadits, “yuqalliluhaa” (sangat sebentar).

Imam ash Shan’ani rahimahullah dalam Subul as Salam, menyebutkan keberadaannya terkadang di awal, tengah, atau di akhir. Misalnya diawali sejak dimulainya khutbah dan habis ketika selesainya shalat. (Subul as Salam: II/101)

Pendapat kedua : waktu ijabah berada di akhir waktu setelah ‘Ashar. Ibnul Qayyim al Jauziyah merajihkan pendapat ini. Beliau berkata, “yang ini merupakan pendapat yang paling rajih dari dua pendapat yang ada. Ia adalah pendapat Abdullah bin Salam, Abu Hurairah, Imam Ahmad, dan beberapa ulama selain mereka.” (Zaad al Ma’ad: I/390)

Hadits yang menunjukkan kesimpulan ini cukup banyak. Di antaranya hadits Jabir bin Abdillah radliyallah ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
يَوْمُ الْجُمُعَةِ اثْنَتَا عَشْرَةَ سَاعَةً لَا يُوجَدُ فِيهَا عَبْدٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ شَيْئًا إِلَّا آتَاهُ إِيَّاهُ فَالْتَمِسُوهَا آخِرَ سَاعَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ

“Hari Jum’at terdiri dari 12 waktu, di dalamnya terdapat satu waktu yang tidaklah seorang muslim pada saat itu memohon sesuatu kepada Allah, melainkan Dia akan mengabulkan permintaannya. Oleh karena itu, carilah saat tersebut pada akhir waktu setelah ‘Ashar.” (HR. an Nasai dan Abu Dawud. Disahihkan oleh Ibnul Hajar dalam al Fath dan dishahihkan juga oleh al Albani dalam Shahih an Nasai dan Shahih Abu Dawud).

Hadits Abdullah bin Salam, dia bercerita: “aku berkata, ‘sesungguhnya kami mendapatkan di dalam Kitabullah bahwa pada hari Jum’at terdapat satu saat yang tidaklah seorang hamba mukmin bertepatan dengannya lalu berdoa memohon sesuatu kepada Allah, melainkan akan dipenuhi permintaannya.’ Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallammengisyaratkan dengan tangannya bahwa itu hanya sebagian saat. Kemudian Abdullah bin Salam bertanya; ‘kapan saat itu berlangsung?’ beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “saat itu berlangsung pada akhir waktu siang.” Setelah itu  Abdullah bertanya lagi, ‘bukankah saat itu bukan waktu shalat?’ beliau menjawab,
بَلَى إِنَّ الْعَبْدَ الْمُؤْمِنَ إِذَا صَلَّى ثُمَّ جَلَسَ لَا يَحْبِسُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ فَهُوَ فِي الصَّلَاةِ

“Benar, sesungguhnya seorang hamba mukmin jika mengerjakan shalat kemudian duduk, tidak menahannya kecuali shalat, melainkan dia berada di dalam shalat.” (HR. Ibnu Majah. Syaikh al Albani menilainya hasan shahih).

Juga berdasarkan hadits Anas bin Malik, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْتَمِسُوا السَّاعَةَ الَّتِي تُرْجَى فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ بَعْدَ الْعَصْرِ إِلَى غَيْبُوبَةِ الشَّمْسِ

“Carilah saat yang sangat diharapkan pada hari Jum’at, yaitu setelah ‘Ashar sampai tenggelamnya matahari.” (HR. at Tirmidzi; dinilai Hasan oleh al Albani di dalam Shahih at Tirmidzi dan Shahihh at Targhib).

Al-Hafidz Ibnul Hajar rahimahullah berkata: “diriwayatkan Sa’id bin Mansur dengan sanad shahih kepada Abu Salamah bin Abdirrahman, ada beberapa orang dari sahabat Nabishallallahu ‘alaihi wasallam berkumpul lalu saling menyebut satu saat yang terdapat pada hari Jum’at. Kemudian mereka berpisah tanpa berbeda pendapat bahwa saat tersebut berlangsung pada akhir waktu dari hari Jum’at.” (Fath al Baari :II/421 dan Zaad al Ma’ad oleh Ibnul Qayim I:391)

. . . Kemudian mereka berpisah tanpa berbeda pendapat bahwa saat tersebut berlangsung pada akhir waktu dari hari Jum’at. .

Ibnul Qayyim berkata, “diriwayatkan Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas, dia berkata: ‘saat (mustajab) yang disebutkan ada pada hari Jum’at itu terletak di antara shalat ‘Ashar dan tenggelamnya matahari.’ Sa’id bin Jubair jika sudah melaksanakan shalat ‘Ashar dia tidak mengajak bicara seseorang pun hingga matahari terbenam. Demikian ini pendapat mayoritas ulama salaf, dan mayoritas hadits mengarah pada pendapat itu. Selanjutnya, pendapat lain menyatakan bahwa saat tersebut terdapat pada waktu shalat Jum’at. Adapun pendapat-pendapat lainnya tidak memiliki dalil.” (Zaad al Ma’ad: I/394)

Ibnul Qayyim juga mengatakan, “menurut saya, saat shalat merupakan waktu yang diharapkan pengabulan doa. Keduanya merupakan waktu pengabulan meskipun satu saat yang khusus itu di akhir waktu setelah shalat ‘Ashar. Itu merupakan saat tertentu dari hari Jum’at yang tidak akan mundur atau maju. Adapun saat ijabah pada waktu shalat, ia mengikuti waktu shalat itu sendiri sehingga bisa maju atau mundur. Karena ketika berkumpulnya kaum muslimin, shalat, ketundukan, dan munajat mereka kepada Allah memiliki pengaruh terhadap pengabulan (doa). Dengan demikian, saat pertemuan mereka merupakan saat yang diharap dikabulkannya doa. Dengan demikian itu, seluruh hadits berpadu antara yang satu dengan lainnya. . .” (Zaad al Ma’ad: I/394)

Lebih lanjut, Ibnul Qayyim berkata, “saat mustajab berlangsung pada akhir waktu setelah ‘Ashar yang diagungkan oleh seluruh pemeluk agama. Menurut Ahl Kitab, ia merupakan saat pengabulan. Inilah salah satu yang ingin mereka ganti dan merubahnya. Sebagian orang dari mereka yang telah beriman mengakui hal tersebut.” (Zaad al Ma’ad: I/396)

. . . Di dalamnya terdapat satu saat yang tidaklah seorang muslim berdoa memohon sesuatu bertepatan dengan saat tersebut melainkan Allah akan mengabulkannya, yaitu setelah shalat ‘Ashar.

Pendapat ini juga yang dipilih oleh Syaikh Ibnu Bazzrahimahullah sebagaimana yang dinukil oleh DR. Sa’id bin Ali al Qahthan dalam Shalatul Mukmin. Syaikh Ibnu Bazz berkata, “hal itu menunjukkan bahwa sudah sepantasnya bagi orang muslim untuk memberikan perhatian terhadap hari Jum’at. Sebab, di dalamnya terdapat satu saat yang tidaklah seorang muslim berdoa memohon sesuatu bertepatan dengan saat tersebut melainkan Allah akan mengabulkannya, yaitu setelah shalat ‘Ashar. Mungkin saat ini berlangsung setelah duduknya imam di atas mimbar. Oleh karena itu, jika seseorang datang dan duduk setelah ‘Ashar menunggu shalat Maghrib seraya berdoa, doanya akan dikabulkan. Demikian halnya jika setelah naiknya imam ke atas mimbar, seseorang berdoa dalam sujud dan duduknya maka sudah pasti doanya akan dikabulkan.” (DR. Sa’id bin Ali bin Wahf al Qahthani, Ensiklopedi Shalat menurut al Qur’an dan as Sunnah : II/349)

Sekian dulu sob, sebelum keluar klik link dibawah ini ya

May 30, 2013

Tentang Surat Al Baqarah Ayat 114, 115, 116, 117

Selamat siang sob, siang ini saya akan melanjutkan pembahasan mengenai Tafsir Surat Dan Ayat Al Qur'an. Kali ini saya akan membahas Surat Al Baqarah Ayat 114, 115, 116, 117. Di dalam ayat ini, Allah SWT menjelaskan mengenai Tindakan Menghalangi Orang Beribadah.

Bacaan Surat Al Baqarah Ayat 114, 115, 116, 117
Artinya:
114. dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang menghalanghalangi menyebut nama Allah dalam mesjid-mesjid-Nya, dan berusaha untuk merobohkannya? mereka itu tidak sepatutnya masuk ke dalamnya (mesjid Allah), kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). mereka di dunia mendapat kehinaan dan di akhirat mendapat siksa yang berat.
115. dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah[83]. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.
116. mereka (orang-orang kafir) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya.
117. Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, Maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah!" lalu jadilah ia. 
[83] Disitulah wajah Allah maksudnya; kekuasaan Allah meliputi seluruh alam; sebab itu di mana saja manusia berada, Allah mengetahui perbuatannya, karena ia selalu berhadapan dengan Allah.

Hadis Yang Berkaitan Dengan Ayat
Ayat 115: Dari Jabir bin Abdullah Al Ansari berkata:" Aku melihat Rasulullah SAW dalam Perang Anmar, beliau menunaikan shalat sunnah diatas untanya menghadap ke arah timur." (HR. Bukhari dan Baihaqi)
Ayat 116: Dari Ibnu Abbas ra. Nabi SAW bersabda, Allah SWT berfirman:" Anak Adam telah mendustakan-Ku, padahal tidak sepantasnya ia melakukan hal itu, dan ia juga mencaci- Ku, padahal tidak sepantasnya dia melakukan hal itu. Adapun pendustaanya kepada- Ku adalah ia menduga bahwa Aku tidak mampu membangkitkannya kembali seperti sediakala, sedangkan caciannya kepada- Ku adalah penyataan bahwa Aku memiliki anak. Sungguh, Maha Suci Diriku dari mempunyai istri dan anak."(HR Bukhari)

Mutiara Ayat
Di dalam Surat Al Baqarah Ayat 114, 115, 116, 117 ini, Allah SWT menjelaskan mengenai Tindakan Menghalangi Orang Beribadah;
1. Perbuatan yang paling zalim di sisi Allah ialah menghalang- halangi manusia beribadah ke masjid dan merobohkannya atau merusaknya. Allah mengingakan orang yang melakukan perbuatan itu dengan kehinaan di dunia dan Azab di Akhirat.
2. Seluruh alam ini milik Allah, Dialah yang menguasai, mengatur dan mengurusinya. Dia mengetaui apa saja yang terjadi di alam ini, baik yang kecil maupun yang besar, yang nyata dan yang tidak nyata. Karena itu kemana saja hamba menghadapkan wajahnya saat beribadah, pasti diketahui dan didengar- Nya.
3. Allah tidak mempunyai anak, Dan dia tidak memerlukan suatu pun dalam mengurus mahluk- Nya. Dia kekal selama lamanya.
4. Allah menciptakan alam ini dengan tidak mencontoh kepada sesuatu yang ada. Semuanya ada atas kehendaknya.

Sekiankian dulu ya postingan saya kali ini, kalau sobat ingin melihat penjelasan mengenai surat Al Bawarah ayat lainya, silahkan kunjungi Surat Al Baqarah, tetapi kalu sobat ingin melihat surat lainya, silahkan kinjungi Pilih Surat

Sekian sob, dan jangan lupa, klik link dibawah ini sebelum keluar. Wassalam

Tentang Surat Al Baqarah Ayat 111, 112, 113

Pagi sob, Di pagi hari ini saya akan melanjutkan postingan saya mengenai Tafsir Surat Dan Ayat Dalam Al Qur'an. Yang akan saya bahas kali ini adalah Surat Al Baqarah Ayat 111, 112, 113. Di dalam ayat ini, Allah SWT menjelasan mengenai Anggapan Orang Yahudi terhadap Orang Nasrani dan sebaliknya.

Bacaan Surat Al Baqarah Ayat 111, 112, 113
Artinya:
111. dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi atau Nasrani". demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar".
112. (tidak demikian) bahkan Barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, Maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
113. dan orang-orang Yahudi berkata: "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan", dan orang-orang Nasrani berkata: "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai sesuatu pegangan," Padahal mereka (sama-sama) membaca Al Kitab. demikian pula orang-orang yang tidak mengetahui, mengatakan seperti Ucapan mereka itu. Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari kiamat, tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya.

Mutiara Ayat
Di dalam Surat Al Baqarah Ayat 111, 112, 113 ini, Allah SWT menjelasan mengenai Anggapan Orang Yahudi terhadap Orang Nasrani dan sebaliknya;
1. Pertentangan pendapat dan tuduh menuduh yang terjadi di kalangan ahli kitab menunjukkan penyelewengan mereka dari ajaran aslinya.
2. Surga dan kehidupan bahagia itu bukan monopoli suatu bangsa atau golongan, tetapi hak bagi semua orang yang beriman dan bramal soleh.

Sekiankian dulu ya postingan saya kali ini, kalau sobat ingin melihat penjelasan mengenai surat Al Bawarah ayat lainya, silahkan kunjungi Surat Al Baqarah, tetapi kalu sobat ingin melihat surat lainya, silahkan kinjungi Pilih Surat

Sekian sob, dan jangan lupa, klik link dibawah ini sebelum keluar. Wassalam

May 29, 2013

Tentang Surat Al Baqarah Ayat 109 Dan 110

Siang sob, maaf ya baru sempa update. Di siang yang mendung ini saya akan melanjutkan postingan mengenai Tafsir Surat Dan Ayat Dalam Al Qur'an. Yang akan saya bahas kali ini adalah Surat Al Baqarah Ayat 109 Dan 110. Di dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan mengenai Sikap Orang Yahudi Terhadap Orang Mukmin.

Bacaan Surat Al Baqarah Ayat 109 Dan 110
Artinya:
109. sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma'afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya[82]. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
110. dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan. 
[82] Maksudnya: keizinan memerangi dan mengusir orang Yahudi.

Hadis Yang Berkaitan Dengan Ayat
Ayat 109: " Di antara kaum Yahudi terdapat Huyai bin Akhthab dan Abu Yasir bin Akhthab, dia adalah orang yahudi yang sangat dengki dengan orang Arab. Terlebih, setelah Allah  SWT menentukan Rasul-Nya dari bangsa Arab. Keduanya berusaha keras untuk menarik orang- orang yang telah beriman untuk menjauhi Islam, maka turunlah ayat ini."(HR. Ibnu Abi Hatim)

Mutiara Ayat
Di dalam Surat Al Baqarah Ayat 109 Dan 110 ini, Allah SWT menjelaskan mengenai Sikap Orang Yahudi Terhadap Orang Mukmin;
1. Kaum Musimin tidak boleh mengambil pendapat orang Yahudi mengenai hal- hal yang berkaitan dengan agama, karena mereka sudah jelas dengki dan hasut serta ingin menjadikan muslimin kafir.
2. Dalam menghadapi tipu muslihat mereka, kaum Muslimin harus bersabar dan berlapang dada, disertai dengan memohon pertolongan kepada Allah, terus- menerus melakukan salat dan mengeluarkan zakat.

Sekiankian dulu ya postingan saya kali ini, kalau sobat ingin melihat penjelasan mengenai surat Al Bawarah ayat lainya, silahkan kunjungi Surat Al Baqarah, tetapi kalu sobat ingin melihat surat lainya, silahkan kinjungi Pilih Surat

Sekian sob, dan jangan lupa, klik link dibawah ini sebelum keluar. Wassalam

May 28, 2013

Tentang Surat Al Baqarah Ayat 106, 107, 108

Malam sob, apa kabar? semoga baik baik saja ya. Kali ini saya akan melanjutkan postingan saya mengenai Tafsir Surat Dan Ayat Dalam Al Qur'an. Yang akan saya bahas kali ini adalah Surat Al Baqarah Ayat 106, 107, 108. Di dalam Ayat ini, Allah SWT menjelaskan mengenai Nasakh Di Dalam Al Qur'an.

Bacaan Surat Al Baqarah Ayat 106, 107, 108
Artinya:
106. ayat mana saja[81] yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. tidakkah kamu mengetahui bahwa Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu?
107. Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? dan tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong.
108. Apakah kamu menghendaki untuk meminta kepada Rasul kamu seperti Bani Israil meminta kepada Musa pada jaman dahulu? dan Barangsiapa yang menukar iman dengan kekafiran, Maka sungguh orang itu telah sesat dari jalan yang lurus. 
[81] Para mufassirin berlainan Pendapat tentang arti ayat, ada yang mengartikan ayat Al Quran, dan ada yang mengartikan mukjizat.

Hadis Yang Berkaitan Dengan Ayat
Ayat 108: Ibnu Abbas berkata," Rofi' Bin Khuzaimah dan Wahab Bin Zaid berkata kepada Rasulullah," Hai Muhammad, berilah kepada kami sebuah kitab yang diturunkan dari langit supaya kami dapat membacanya, atau pancarkanlah mata air yang menjadi sungai sungai- sungai buat kami sehingga kami dapat mengikutimu dan membenarkanmu". Maka, Allah SWT menurunkan ayat ini.(HR. Ibnu Abi Hatim)

Mutiara Ayat
Di dalam Surat Al Baqarah Ayat 106, 107, 108 ini, Allah SWT menjelaskan mengenai Nasakh Di Dalam Al Qur'an;
1. Penggantian isi ayat oleh Allah SWT tidak dapat di ingkari kejadiannya, karena hal itu termasuk kedalam kekuasaan Allah SWT.
2. Segala sesuatu yang diperintahkan kepada seorang Rasul pasti ada manfaatnya. oleh sebab itu, haruslah dilakukan. Segala sesuatu yang dilarang tentu mengandung kemudaratan, oleh karenanya harus dijauhi.
3. Umat Islam dilarang mempersoalkan sesuatu yang akan memberatkan diri mereka sendiri.

Sekiankian dulu ya postingan saya kali ini, kalau sobat ingin melihat penjelasan mengenai surat Al Bawarah ayat lainya, silahkan kunjungi Surat Al Baqarah, tetapi kalu sobat ingin melihat surat lainya, silahkan kinjungi Pilih Surat

Sekian sob, dan jangan lupa, klik link dibawah ini sebelum keluar. Wassalam

Hari Ini, Posisi Matahari Tepat di Atas Kakbah


Nanti sore terdapat suatu momen yang cukup penting bagi umat Islam di dunia yang ingin memastikan posisi kiblat.

Secara astronomis, peristiwa matahari berada di atas Ka’bah  dapat terjadi dua kali dalam setahun yaitu pada tanggal 27dan 28 Mei serta tanggal 15 dan 16 Juli.Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pembinaan Syariah dan Hisab Rukyat Kementerian Agama (Kemenag) Ahmad Izzudin mengatakan, pada tanggal tersebut, nilai deklinasi (posisi) matahari hampir sama dengan titik koordinat lintang Mekah yakni sebesar 21 derajat 25 menit.

Berdasarkan data astronomis, hari ini pukul 12.18 waktu Arab Saudi (WAS) bertepatan pukul 16.18 WIB atau pukul 17.18 WITA, matahari melintas tepat di atas Kakbah. Dengan demikian, bayangan setiap benda akan menuju Kakbah atau berimpit dengan arah Kakbah di Makkah.

pengecekan dan pelurusan arah Kiblat ini dapat dilakukan dengan cara manual. Yakni dengan mendirikan benda tegak lurus diukur menggunakan lot pada pelataran yang rata. Atau bisa menggunakan benda yang berdiri tegak lainnya, seperti tiang, pintu, dan jendela

Untuk menentukan presisi atau ketepatan waktu, Maka bagi umat Islam yang hendak mengukur kiblat dianjurkan memiliki jam tangan yang sesuai standar internasional. Bisa di cek di http://www.timeanddate.com/.

Tentang Surat Al Baqarah Ayat 104 Dan 105

Pagi sob, di pagi hari ini saya akan melanjutkan postingan saya mengenai Tafsir Surat Dan Ayat Al Qur'an. Yang akan saya bahas kali ini adalah Surat Al Baqarah Ayat 104 Dan 105. Di Ayat ini, Allah SWT menjelaskan mengenai Sopan Santun Terhadap Nabi Muhammad

Bacaan Surat Al Baqarah Ayat 104 Dan 105
Artinya:
104. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): "Raa'ina", tetapi Katakanlah: "Unzhurna", dan "dengarlah". dan bagi orang-orang yang kafir siksaan yang pedih[80].
105. orang-orang kafir dari ahli kitab dan orang musyrik itu tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhanmu. dan Allah menentukan siapa yang dikehendaki-Nya (untuk diberi) rahmat-Nya (kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar.
[80] Raa 'ina berarti: sudilah kiranya kamu memperhatikan kami. di kala Para sahabat menghadapkan kata ini kepada Rasulullah, orang Yahudipun memakai kata ini dengan digumam seakan-akan menyebut Raa'ina Padahal yang mereka katakan ialah Ru'uunah yang berarti kebodohan yang sangat, sebagai ejekan kepada Rasulullah. Itulah sebabnya Tuhan menyuruh supaya sahabat-sahabat menukar Perkataan Raa'ina dengan Unzhurna yang juga sama artinya dengan Raa'ina.

Mutiara Ayat
Di dalam Surat Al Baqarah Ayat 104 Dan 105 ini, Allah SWT menjelaskan mengenai Sopan Santun Terhadap Nabi MUhammad SAW;
1. Allah memerintahkan umat islam supaya bersikap sopan santun terhadap Nabi Muhammad. Tidak boleh meniru sikap ahli kitab dan menyuruh umat islam agar memperhatikan ajaran- ajaran yang terkandung dalam kitab Al Qur'an serta mengikuti semua petunjuknya.
2. Umat Islam harus waspada terhadap perilaku para ahli kitab, karena mereka tidak senang kepada Al Qur'an, dan harus berhati- hati menghadapi tipu daya mereka

Sekiankian dulu ya postingan saya kali ini, kalau sobat ingin melihat penjelasan mengenai surat Al Bawarah ayat lainya, silahkan kunjungi Surat Al Baqarah, tetapi kalu sobat ingin melihat surat lainya, silahkan kinjungi Pilih Surat

Sekian sob, dan jangan lupa, klik link dibawah ini sebelum keluar. Wassalam

May 27, 2013

Tentang Surat Al Baqarah Ayat 102 Dan 103

Malam sob, Apa kabar?. Maaf ya lama nggak posting, soalnya ada acara di Jogja. Di malam ini, saya akan melanjutkan postingan saya mengenai Tafsir Surat dan Ayat dalam Al Qur'an. Yang saya bahas kali ini adalah Surat Al Baqarah Ayat 102 Dan 103. Di dalam ayat ini, Allah menjelaskan mengenai Tuduhan Orang Yahudi Terhadap Nabi Sulaiman

Bacaan Surat Al Baqarah Ayat 102 Dan 103
Artinya:
102. dan mereka mengikuti apa[76] yang dibaca oleh syaitan-syaitan[77] pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir). mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat[78] di negeri Babil Yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya Kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua Malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya[79]. dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, Sesungguhnya mereka telah meyakini bahwa Barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, Tiadalah baginya Keuntungan di akhirat, dan Amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui.
103. Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala), dan Sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui. 
[76] Maksudnya: Kitab-Kitab sihir.
[77] Syaitan-syaitan itu menyebarkan berita-berita bohong, bahwa Nabi Sulaiman menyimpan lembaran-lembaran sihir (Ibnu Katsir).
[78] Para mufassirin berlainan Pendapat tentang yang dimaksud dengan 2 orang Malaikat itu. ada yang berpendapat, mereka betul-betul Malaikat dan ada pula yang berpendapat orang yang dipandang saleh seperti Malaikat dan ada pula yang berpendapat dua orang jahat yang pura-pura saleh seperti malaikat.
[79] Berbacam-macam sihir yang dikerjakan orang Yahudi, sampai kepada sihir untuk mencerai-beraikan masyarakat seperti mencerai-beraikan suami isteri.

Mutiara Ayat
Di dalam Surat Al Baqarah Ayat 102 Dan 103 ini, Allah menjelaskan mengenai Tuduhan Orang Yahudi Terhadap Nabi Sulaiman;
1. Usaha orang Yahudi untuk mempelajari dan menyebarluaskan sihir adalah menyimpang dari ajaran Taurat.
2. Sihir tidak diajarkan oleh Nabi Sulaiman, tetapi diajarkan oleh setan, yang tidak dapat memberikan pengaruh apapun terhadap jiwa manusia jika tidak dikehendaki Allah SWT.

Sekiankian dulu ya postingan saya kali ini, kalau sobat ingin melihat penjelasan mengenai surat Al Bawarah ayat lainya, silahkan kunjungi Surat Al Baqarah, tetapi kalu sobat ingin melihat surat lainya, silahkan kinjungi Pilih Surat

Sekian sob, dan jangan lupa, klik link dibawah ini sebelum keluar. Wassalam

May 24, 2013

Tentang Surat Al Baqarah Ayat 97, 98, 99, 100, 101

Pagi sob, apa kabar. Di pagi hari ini saya akan melanjutkan postingan saya mengenai Pembahasan Tafsir Surat dan Ayat Al Qur'an. Pagi hari ini saya akan membahas Surat Al Baqarah Ayat 97, 98, 99, 100, 101. Di dalam Ayat ini, Allah SWT menjelaskan mengenai " Memusuhi Jibril berarti memusuhi Allah ".

Bacaan Surat Al Baqarah Ayat 97, 98, 99, 100, 101


Artinya:
97. Katakanlah: "Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, Maka Jibril itu telah menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman.
98. barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, Maka Sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir.
99. dan Sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik.
100. Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan Setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkannya? bahkan sebagian besar dari mereka tidak beriman.
101. dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (Kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah).

Mutiara Ayat
Di dalam Surat Al Baqarah Ayat 97, 98, 99, 100, 101. Di dalam Ayat ini, Allah menjelaskan mengenai " Memusuhi Jibril berarti memusuhi Allah ";
1. Alasan orang Yahudi tidak mau mempercayai Al Qur'an karena yang membawa adalah musuhnya, yaitu jibril.
2. Barangsiapa yang memusuhi malaikat yang sedang melaksanakan tugas Allah, berarti ia memusuhi Allah, dan dengan demikian ia menjadi kafir.
3. Keingkaran orang- orang Yahudi terhadap Al Qur'an sebenarnya disebabkan kefasikan yang timbul karena watak mereka yang sering  menyalahi janji Allah dan tidak setia.
4. Ketidaksetiaan mereka terhadap Taurat menyebabkan mereka berani menyalahi janji- jani yang telah dibuatnya dengan Nabi Muhammad SAW, dengan mengubah sebagian yang penting dan meninggalkan sebagian yang lain.

Sekiankian dulu ya postingan saya kali ini, kalau sobat ingin melihat penjelasan mengenai surat Al Bawarah ayat lainya, silahkan kunjungi Surat Al Baqarah, tetapi kalu sobat ingin melihat surat lainya, silahkan kinjungi Pilih Surat

Sekian sob, dan jangan lupa, klik link dibawah ini sebelum keluar. Wassalam

May 23, 2013

Tentang Surat Al Baqarah Ayat 92, 93, 94, 95, 96

Malam sob. Maaf postingan kali ini telat, soalnya tadi masih pengajian. Di malam ini saya akan melanjutkan mengenai Tafsir Surat dan Ayat dalam Al Qur'an. Yang akan saya bahas disini adalah Surat Al Baqarah Ayat 92, 93, 94, 95, 96. Di dalam Surat Al Baqarah ayat 92 sampai 96 ini Allah SWT menjelaskan mengenai Kecintaan Orang- orang Yahudi kepada kehidupan duniawi yang membawa mereka menyimpang dari kebenaran.

Bacaan Surat Al Baqarah Ayat 92, 93, 94, 95, 96
Artinya:
92. Sesungguhnya Musa telah datang kepadamu membawa bukti-bukti kebenaran (mukjizat), kemudian kamu jadikan anak sapi (sebagai sembahan) sesudah (kepergian)nya[73], dan sebenarnya kamu adalah orang-orang yang zalim.
93. dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat bukit (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan dengarkanlah!" mereka menjawab: "Kami mendengar tetapi tidak mentaati". dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu (kecintaan menyembah) anak sapi karena kekafirannya. Katakanlah: "Amat jahat[74] perbuatan yang telah diperintahkan imanmu kepadamu jika betul kamu beriman (kepada Taurat).
94. Katakanlah: "Jika kamu (menganggap bahwa) kampung akhirat (surga) itu khusus untukmu di sisi Allah, bukan untuk orang lain, Maka inginilah[75] kematian(mu), jika kamu memang benar.
95. dan sekali-kali mereka tidak akan mengingini kematian itu selama-lamanya, karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat oleh tangan mereka (sendiri), dan Allah Maha mengetahui siapa orang-orang yang aniaya.
96. dan sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih loba lagi) dari orang-orang musyrik. masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, Padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa. Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan.
[73] Maksudnya kepergian Musa a.s. ke bukit Thur yang terletak di Sinai, sesudah didatangkan kepadanya mukjizat-mukjizat.
[74] Perbuatan jahat yang mereka kerjakan ialah menyembah anak sapi, membunuh nabi, dan melanggar janji.
[75] Maksudnya: mintalah agar kamu dimatikan sekarang juga.

Mutiara Ayat
Di dalam Surat Al Baqarah Ayat 92, 93, 94, 95, 96 ini, Allah menjelaskan mengenai Kecintaan Orang- orang Yahudi kepada kehidupan duniawi yang membawa mereka menyimpang dari kebenaran;
1. Orang- orang Yahudi yang telah mendapat bimbingan taurat masih saja terjerumus dalam lembah kemusyrikan, berarti mereka telah bertindak zalim dan tidak berhak lagi untuk menggunakan sebutan beriman.
2. Dakwaan orang- orang Yahudi bahwa surga itu disediakan untuk mereka, tidak untuk orang- orang lain, berlawanan dengan diri mereka sendiri, yaitu mereka takut mati untuk membela kebenaran dan sangat tamak terhadap harta benda.
3. Panjang umur seseorang tidak akan dapat melepaskan dirinya dari siksa Allah di akhirat.

Sekiankian dulu ya postingan saya kali ini, kalau sobat ingin melihat penjelasan mengenai surat Al Bawarah ayat lainya, silahkan kunjungi Surat Al Baqarah, tetapi kalu sobat ingin melihat surat lainya, silahkan kinjungi Pilih Surat

Sekian sob, dan jangan lupa, klik link dibawah ini sebelum keluar. Wassalam

Kotbah Jum'at " Bahaya Dukun "

Khotbah Pertama


إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ.
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Jamaah Jum'at yang dirahmati Allah,
Hari-hari ini media dihiasi dengan berita-berita sejumlah artis yang menggugat mantan 'guru spiritual'nya. Sebutan guru spiritual itu sepintas tampak bagus dan mentereng, padahal sesungguhnya yang dimaksudkan dengan istilah itu pada kasus ini dan sejenisnya adalah dukun, paranormal atau peramal. Karenanya tidak berlebihan jika Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengajak masyarakat untuk menjadikan kasus yang menghebohkan ini menjadi momentum untuk melepaskan diri dari perdukunan.

Jamaah Jum'at rahimakumullah,
Rasululah shallallahu 'alaihi wasallam telah mengingatkan bahaya perdukunan dan peramalan ini. Bahkan, sekedar mendatangi mereka dengan menanyakan sesuatu, bukan untuk mendakwahi mereka, bisa membuat shalat kita selama 40 hari sia-sia alias tidak diterima.

Rasululah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً
Barangsiapa mendatangi peramal lalu menanyakan kepadanya tentang suatu perkara, maka tidak diterima shalatnya selama empat puluh hari (HR. Muslim)

Jika mendatangi dukun atau peramal lalu mempercayai apa yang mereka ucapkan, apa yang mereka ramal, maka bahayanya lebih besar lagi. Hal itu bisa membuat kita terjatuh pada kekufuran.

مَنْ أَتَى كَاهِناً أَوْ عَرَّافاً فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
Barangsiapa mendatangi dukun atau peramal dan mempercayai apa yang diucapkannya, maka sesungguhnya ia telah kafir dengan apa yang diturunkan kepada Muhammad (HR. Ahmad. Hadits senada diriwayatkan juga oleh Abu Dawud)

Bagaimana penjelasannya seseorang yang mendatangi dukun atau peramal dan mempercayai ucapannya bisa jatuh menjadi kafir? Sebab orang datang kepada mereka umumnya dengan tujuan mencari perlindungan, keselamatan, menanyakan masa depan dan hal-hal ghaib lainnya, yang kesemuanya itu seharusnya hanya ditujukan kepada Allah. Hanya Allah yang Maha Melindungi. Hanya Allah pemilik keselamatan. Hanya Allah yang menentukan dan menjami rezeki seseorang. Hanya Allah yang Mengetahui masa depan dan apa yang terjadi.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللَّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
Hai Nabi, cukulah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu (QS. Al Anfal : 64)

Apa yang dilakukan oleh manusia di zaman modern ini dengan mendatangi dukun dan meminta pertolongan gaib kepadanya, tidak ubahnya seperti orang-orang kafir di zaman jahiliyah yang menggantungkan dirinya kepada berhala, atau meminta bantuan kepada para dukun yang kemudian dukun-dukun itu berhubungan dengan jin dan berhala. Padahal mereka mengakui bahwa pencipta alam semesta ini adalah Allah. Lalu mengapa mereka tidak memurnikan ibadah kepada Allah dan hanya meminta kepada Allah?

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلْ أَفَرَأَيْتُمْ مَا تَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللَّهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah". Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?" Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku." Kepada-Nyalah bertawakallah orang-orang yang berserah diri. (QS. Az Zumar : 38)

Jamaah Jum'at yang dirahmati Allah,
Fenomena perdukunan di era modern ini semakin kompleks dan kadang-kadang dibungkus dengan berbagai kemasan dan istilah yang menipu. Istilah dukun banyak diganti dengan "orangtua", "sesepuh", "orang pintar", bahkan "guru spiritual." Jika dulu dukun identik dengan dupa dan kemenyan, orangnya berambut panjang, bau tak sedap karena jarang mandi, pakaian serba hitam jarang dicuci, saat ini dukun bisa tampil dengan pakaian rapi, parlente, dan bergaya kece. Namun hakikatnya sama. Mereka mengaku memiliki kekuatan gaib atau ilmu gaib yang diklaim mampu menyelesaikan permasalahan orang yang meminta tolong kepadanya. Umumnya akan disertai dengan ritual atau persyaratan yang tidak ilmiah dan tidak memiliki dalil, meskipun sang dukun berupaya memberi label praktiknya dengan identitas Islami.

Sedangkan alat-alat yang digunakan sebagai sarana, jika dulu ada jimat, saat ini kerap disamarkan dalam bentuk gelang, cincin, kalung dan berbagai perhiasan yang indah. Namun hakikatnya juga sama. Benda-benda itu diklaim sebagai penangkal sesuatu, atau mendatangkan kekuatan tertentu. Sehingga sang pemakai akan tergantung kepadanya, takut jika berpisah atau kehilangan benda itu.

Dulu di zaman Rasulullah juga ada praktik serupa. Imran bin Hushain radhiyallahu 'anhu meriwayatkan kesaksiannya tentang bagaimana sikap Rasulullah terhadap jimat-jimat semacam itu.

أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- أَبْصَرَ عَلَى عَضُدِ رَجُلٍ حَلْقَةً أُرَاهُ قَالَ مِنْ صُفْرٍ فَقَالَ وَيْحَكَ مَا هَذِهِ . قَالَ مِنَ الْوَاهِنَةِ قَالَ أَمَا إِنَّهَا لاَ تَزِيدُكَ إِلاَّ وَهْناً انْبِذْهَا عَنْكَ فَإِنَّكَ لَوْ مِتَّ وَهِىَ عَلَيْكَ مَا أَفْلَحْتَ أَبَداً
Bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melihat seorang laki-laki memakai gelang kuningan di tangannya, maka beliau bertanya, "Apakah ini?" Orang itu menjawab, "penangkal sakit." Nabi pun bersabda, "Lepaskanlah itu, karena ia hanya akan menambah kelemahan pada dirimu; sebab jika kamu mati dan gelang itu masih ada pada tubuhmu, maka engkau tidak akan beruntung selama-lamanya" (HR. Ahmad)

Dalam hadits yang juga dimasukkan Imam Ahmad dalam Musnad, Rasulullah shallallahu 'alaihi wassallam bersabda:
مَنْ تَعَلَّقَ تَمِيمَةً فَلاَ أَتَمَّ اللَّهُ لَهُ وَمَنْ تَعَلَّقَ وَدَعَةً فَلاَ وَدَعَ اللَّهُ لَهُ
Barangsiapa menggantungkan tamimah, semoga Allah tidak mengabulkan keinginannya. Dan barangsiapa menggantungkan wada'ah, semoga Allah tidak memberi ketenangan padanya. (HR. Ahmad)

Tamimah adalah sesuatu yang digantungkan di leher anak-anak sebagai penangkal penyakit dan pengaruh jahat orang yang dengki dan sebagainya. Sedangkan wada'ah adalah sesuatu yang diambil dari laut semisal kerang yang digunakan sebagai jimat.

Dari hadits Nabi tersebut kita mendapatkan penjelasan mengapa banyak orang yang memiliki dan menggunakan jimat justru ia dilanda galau dan menderita hidupnya, tidak lain karena jimat-jimat dari dukun itu hanya menambah kesesatan. Ia tidak memiliki kekuatan karena kekuatan hanya milik Allah, malah ia membuat hati takut dan mendatangkan laknat Allah.

Jama'ah Jum'at rahimakumullah,
Praktik perdukunan semacam itu, juga memakai jimat-jimat seperti itu, membuat hati bergantung kepada dukun dan jimat. Tidak lagi mau beribadah kepada Allah dan berdoa kepadaNya, namun mengandalkan dukun dan jimat sebagai penyelesai masalah dan jalan pintas menuju kesuksesan. Meskipun mengaku sebagai Muslim, pada hakikatnya kemusyrikan telah merasuk pada jiwanya, persis seperti firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan menyekutukan Allah (QS. Yusuf : 106)

Betapa bahayanya syirik ini ditegaskan Allah dua kali dalam surat yang sama. Bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, sementara dosa-dosa yang lain masih mendapatkan peluang ampunan.

Allah Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa mepersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar (QS. An Nisa : 48)

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa mepersekutukan Allah, maka sungguh ia telah tersesat sejauh-jauhnya (QS. An Nisa' : 116)

وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ

Khotbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ
أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدًى
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Jama'ah Jum'at rahimakumullah,
Tidak ada dosa yang lebih besar daripada syirik. Maka perdukunan harus kita jauhi sejak saat ini karena ia sangat erat dengan ksyirikan itu. Jika dalam surat An Nisa' dua kali Allah menegaskan dosa syirik tidak diampuni, yang artinya seseorang yang meninggal dalam kondisi syirik tidak akan mendapatkan ampunan, maka konsekuensi logis berikutnya adalah ia pasti dimasukkan Allah ke dalam neraka.

Allah memfirmankan hal itu di dalam surat Al Maidah ayat 72:
مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya ialah neraka. Tiada penolong bagi orang-orang yang zalim (QS. Al Ma'idah : 72)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعًا مَرْحُوْمًا، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقًا مَعْصُوْمًا، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْمًا.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَانًا صَادِقًا ذَاكِرًا، وَقَلْبًا خَاشِعًا مُنِيْبًا، وَعَمَلاً صَالِحًا زَاكِيًا، وَعِلْمًا نَافِعًا رَافِعًا، وَإِيْمَانًا رَاسِخًا ثَابِتًا، وَيَقِيْنًا صَادِقًا خَالِصًا، وَرِزْقًا حَلاَلاًَ طَيِّبًا وَاسِعًا، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظَّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ.
اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ
اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ.

عِبَادَ اللهِ :إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ